Total Tayangan Halaman

Rabu, 19 April 2017

Kisah Seseorang yang Diadili Allah di Hari Kiamat



Hisab adalah sebuah balasan atau (pertanggungjawaban) kita di dunia
walaupun sebiji zarahpun akan tetap terhitung, jika kita melakukan dosa sedikitpun akan tetap terhitung.

Karena sebagai sarana melakukan perhitungan sekaligus pertanggungjawaban akan seluruh perbuatan saat hidup di dunia, maka hisab ini berlaku bagi seluruh makhluk yang muslim maupun yang kafir. Dengan demikian, seluruh makhluk yang diperintah untuk beribadah kepada Allah, yakni manusia dan jin diproses secara adil. Namun demikian, ada pengecualian pada proses ini, yakni sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bahwa ada golongan manusia dan jin yang dibebaskan dari hisab, yaitu anak-anak dan orang gila (orang tidak berakal).

Diriwayatkan Ali radiyallahu 'anhu bahwa ia menceritakan dirinya sedang duduk bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam pada suatu ketika. Saat itu Rasulullah sedang menceritakan tentang Bani Israil dan umat terdahulu. Pada akhir ceritanya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: "Wahai Ali! Allah mengutus malaikat Jibril untuk menceritakan perihal umatku. Menurutnya, di antara umatku ada yang menghadap kepada Allah di waktu hisab dan berbicara dengan-Nya, sebagaimana orang berbicara terhadap lawan bicaranya. Aku bertanya kepadanya, 'dapatkah setiap orang melakukan hal semacam itu?' Malaikat Jibril menjawab, ‘Aku akan beritahukan kepadamu tentang peristiwa tersebut setelah memperoleh izin dari Tuhanku.’ 

Maka malaikat Jibril pergi menghilang untuk sesaat, kemudian kembali lagi sambil tersenyum dan berkata, ‘Aku telah memperoleh cerita yang menakjubkan wahai Rasulullah.’ Aku pun menanyakan perihal kisah menakjubkan yang dimaksud. Dan malaikat Jibril akhirnya menceritakan, ‘Pertama, ketahuilah wahai Rasulullah bahwa di hari kiamat, Allah menyerahkan buku catatan amal seseorang. Saat menyerahkan buku catatan tersebut sambil memeriksa isinya, lalu Allah bertanya kepada orang tersebut, apakah benar seluruh amal yang tertera dalam buku catatan tersebut adalah perbuatannya. Mendengar pertanyaan Tuhan itu, ia menjawab bahwa dirinya sama sekali tidak tahu kalau perbuatan yang tertera dalam catatan amal itu adalah perbuatannya. Allah berfirman bahwa para malaikatlah yang mencatat semuanya. 

Kalaupun ia tidak merasa hal itu adalah perbuatannya maka hal tersebut menandakan bahwa ia tengah lengah dan tidak sadar. Kembali orang tadi menyatakan bahwa para malaikat pencatat itu adalah hamba-hamba Allah, mereka bisa mencatat apa-apa yang dikehendaki namun hanya Allah-lah hakim yang tidak menerima suatu pengaduan, selain dengan bukti yang nyata. Mendengar jawban tulus hamba-Nya ini maka Allah berfirman untuk menanyakan siapa yang dapat dijadikan saksi atas segala perbuatannya tersebut. Padahal yang mencatat amal hamba tersebut adalah malaikat yang telah mendapat mandat dari Allah. Sebagai alternatif, maka Allah menawarkan anggota tubuh sang hamba tersebut untuk menjadi saksi terhadap perbuatan yang telah lalu. Tawaran itu dapat diterima dan disetujui hamba tersebut. Sebagai saksi pertama, maka Allah mempersilahkan kepada lidah hamba itu untuk menjadi saksi atas segala perbuatan hamba itu. Tidak ada yag terlewatkan laporan yang disampaikan lidah sang hamba itu baik amal baik dan amal buruk.

Mendengar kesaksian lidahnya, maka hamba itu berkata “Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa lidahku adalah musuh selama hidup di dunia dan hampir pasti segala dosa terjadi berawal sebab dan lantaran kelancangannya. Karena Engkau adalah hakim yang adil, maka tentunya tidak akan menerima kesaksian musuh terhadap musuhnya sendiri.”

Dengan jawaban hamba-Nya tersebut, kemudian Allah berfirman: “Baiklah, Aku panggil kedua tanganmu untuk memberikan kesaksian.” Dengan izin Allah, maka berbicaralah kedua tangannya itu menceritakan segala perbuatannya selama di dunia. Namun begitu selesai, orang itu tetap menolak apa yang telah dikemukakan kedua tangannya. Dalam pandangan ini, dengan alasan sebagaimana syariat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam yang menyatakan bahwa keberadaan satu saksi tidaklah mencukupi bagi diterimanya sebuah pengaduan atau juga kesaksian. Karenanya harus ada saksi yang kedua untuk menguatkan kesaksian yang pertama. Padahal kedua tangan yang memberikan kesaksian itu termasuk ke dalam satu saksi. Lalu Allah menerima alasan yang dikemukakan hamba-Nya ini dan kemudian memerintahkan kedua kaki orang tersebut untuk memberikan kesaksian. Dan sebagaimana pada kesaksian sebelumnya, dengan izin Allah, kedua kaki orang ini berbicara sekaligus menceritakan segala amal perbuatannya saat hidup di dunia

Dengan kesaksian yang diberikan oleh kedua kakinya, terdiamlah orang ini dengan heran sekaligus merasa takjub. Lalu ia menegur kepada anggota tubuhnya yang satu per satu memberikan kesaksian, 'wahai anggota tubuhku, aku adalah kamu dan keberadaanmu juga merupakan keberadaanku. Aku telah membelamu agar selamat dari api neraka, tetapi kamu malah menjerumuskanku ke sana.' Mendengar perkataan orang ini, maka seluruh anggota tubuhnya berkata: 'Kami diperintahkan untuk memberikan kesaksian yang benar dan mengucapkan kata-kata yang benar.'

Akhirnya Allah memutuskan agar malaikat Zabaniyah menyeret orang tersebut ke dalam neraka. Kemudian orang ini berkata setelah mendengar vonis Allah: 'Dimanakah rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang?' Allah berfirman: 'Rahmat-Ku hanya akan diberikan kepada orang-orang yang beriman. Jika engkau mau mengakui kesalahanmu, Aku akan mengampuni dosa-dosamu.' Orang itu selanjutnya berkata, 'Wahai Tuhanku, aku mengaku bersalah, aku sangat takut terhadap api neraka.'

Lalu Allah berfirman kepada para malaikat: 'Bawalah hamba-Ku ini ke surga, sebab Aku telah mengampuninya.' Lalu oleh malaikat dia dibawa ke surga, dan berkatalah malaikat itu kepadanya 'Masuklah kamu ke surga dengan damai dan aman.'
Referensi: Saifulloh dan Abu Shofia (2003). Menyingkap Tabir Alam Malaikat. Surabaya: Karya Agung 

Rabu, 12 April 2017

Inilah kekhawatiran rasulullah akhirnya terjadi astaghfirllah

Hasil gambar untuk kecemasan
kekecemasan nabi muhammad SAW telah terbukti bahwa suatu saat nanti pasti terjadi bencana yang besar pada umatnya.




لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيم


“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kaliansendiri, dia merasa berat (ikut menderita) atas penderitaan yang menimpa kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi sayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. AtTaubah (9) : 128)

Di antara bukti perhatian beliau kepada umatnya, beliau sering menyampaikan kekhawatiran beliau atas hal-hal yang dapat menimpa umatnya. Di antara hal-hal yang paling dikhawatirkan beliau ialah :

1. Riya’ dan syahwat yang tersembunyi

Hasil gambar untuk riya dalam islam

عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً

Dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Riya`, Allah ‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?”

(Hadits Shahih. Musnad Ahmad (23630 dan 23636))

عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ أَنَّهُ بَكَى فَقِيلَ لَهُ مَا يُبْكِيكَ قَالَ شَيْئًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُهُ فَذَكَرْتُهُ فَأَبْكَانِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَتَخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِي الشِّرْكَ وَالشَّهْوَةَ الْخَفِيَّةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتُشْرِكُ أُمَّتُكَ مِنْ بَعْدِكَ قَالَ نَعَمْ أَمَا إِنَّهُمْ لَا يَعْبُدُونَ شَمْسًا وَلَا قَمَرًا وَلَا حَجَرًا وَلَا وَثَنًا وَلَكِنْ يُرَاءُونَ بِأَعْمَالِهِمْ وَالشَّهْوَةُ الْخَفِيَّةُ أَنْ يُصْبِحَ أَحَدُهُمْ صَائِمًا فَتَعْرِضُ لَهُ شَهْوَةٌ مِنْ شَهَوَاتِهِ فَيَترُكُ صَوْمَهُ

Pernah Syaddad bin Aus menangis, lalu ada yang bertanya kepadanya, “Apa yang membuat engkau menangis?”, dia menjawab, ” (yang membuat aku menangis ialah) suatu hal yang saya dengar dari sabda Rasulullah, ingatanku pada hal itu membuatku menangis, yaitu saya mendengar Rasulullah bersabda: “Saya sangat khawatir kesyirikan dan syahwat yang tersembunyi menimpa umatku.” (Syaddad bin Aus Radliyallahu’anhu) berkata; saya bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah umatmu akan melakukan kesyirikan setelah engkau ?.” Beliau menjawab, “Ya, namun mereka bukannya menyembah matahari, bulan, batu atau berhala tapi mereka melakukan riya’ dalam amalan-amalan mereka dan (godaan) syahwat yang tersembunyi; pagi hari dalam keadaan puasa lalu muncul godaan syahwat yang hingga dia meninggalkan puasanya.” ( Hadits Shahih. Musnad Ahmad (17120))

عَن أبي سعيد الْخُدْرِيّ قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: «أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِي مِنَ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ؟» فَقُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ: «الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ فَيُصَلِّيَ فَيَزِيدَ صَلَاتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رجل

Dari Abu Sa’id dia berkata, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah keluar bersama kami, sementara kami saling mengingatkan tentang Al Masih Ad Dajjal, maka beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih aku khawatirkan terhadap diri kalian daripada Al Masih Ad Dajjal ?” Abu Sa’id berkata, “Kami menjawab, “Tentu.” Beliau bersabda: “Syirik yang tersembunyi, yaitu seseorang mengerjakan shalat dan membaguskan shalatnya dengan harapan agar ada seseorang yang memperhatikannya.” (Hadits Hasan. Sunan Ibni Majah 4204, dihasankan Al Abani dalam Al Misykah (5333))

2. Adanya orang-orang munafiq yang pandai bicara

Hasil gambar untuk munafik

عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيمِ اللِّسَانِ

Dari Umar Bin al Khaththab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap munafiq yang pandai bicara “ (Hadits shahih. Musnad Ahmad (143))

3. Adanya pemimpin/tokoh yang menyesatkan

Hasil gambar untuk pemimpin sesat

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّين

Dari Tsauban berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Yang aku khawatirkan atas umatku adalah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan.” (Hadits Shahih. Musnad Ahmad (22393, 22394), Sunan at Tirmidzi (2229), Sunan Ad Darimi(215), dan lainnya).

وَعَن زِيَاد بن حدير قَالَ: قَالَ لِي عُمَرُ: هَلْ تعْرِفُ مَا يهْدِمُ الْإِسْلَامَ؟ قَالَ: قلْتُ: لَا. قَالَ: يهْدِمُهُ زَلَّةُ الْعَالِمِ وَجِدَالُ الْمُنَافِقِ بِالْكِتَابِ وَحُكْمُ الْأَئِمَّةِ المضلين “.

Dari Ziyad bin Jadir, ia berkata : Umar berkata kepadaku : “Apakah kamu tahu hal-hal yang dapat merobohkan Islam? “, aku berkata : “tidak”, Umar berkata : “yang dapat merobohkan Islam adalah ketergelinciran ahli ilmu, kepintaran orang munafiq dalam bersilat lidah dengan Al Kitab, dan hukum yang ditetapkan oleh para pemimpin yang menyesatkan”. (Shahih mauquf. Sunan Ad Darimi (220))

4. Godaan yang berasal dari kesenangan dunia

Hasil gambar untuk godaan

عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ يَقُولُا قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَقَالَ لَا وَاللَّهِ مَا أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ إِلَّا مَا يُخْرِجُ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ زَهْرَةِ الدُّنْيَا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ فَصَمَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَاعَةً ثُمَّ قَالَ كَيْفَ قُلْتَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِي الْخَيْرُ بِالشَّرِّ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْخَيْرَ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ أَوَ خَيْرٌ هُوَ إِنَّ كُلَّ مَا يُنْبِتُ الرَّبِيعُ يَقْتُلُ حَبَطًا أَوْ يُلِمُّ إِلَّا آكِلَةَ الْخَضِرِ أَكَلَتْ حَتَّى إِذَا امْتَلَأَتْ خَاصِرَتَاهَا اسْتَقْبَلَتْ الشَّمْسَ ثَلَطَتْ أَوْ بَالَتْ ثُمَّ اجْتَرَّتْ فَعَادَتْ فَأَكَلَتْ فَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِحَقِّهِ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَمَنْ يَأْخُذْ مَالًا بِغَيْرِ حَقِّهِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ

Dari ‘Iyadh bin Abdillah bin Sa’ad, bahwa ia mendengar Abu Sa’id Al Khudhri berkata: Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berdiri dan menyampaikan khutbah di depan manusia. Beliau berkata: Demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih aku khawatirkan menimpa kalian selain daripada kenikmatan dunia yang Allah lapangkan untuk kalian. Seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah harta yang didapat dari jalan yang baik juga bisa mendatangkan keburukan? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terdiam sesa’at, lalu beliau berkata:Apa yang engkau tanyakan?, Dia berkata: akupun mengulangi pertanyaanku; Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, apakah harta yang didapat dari jalan yang baik juga bisa mendatangkan keburukan? Beliau menjawab: Sesungguhnya kebaikan yang hakiki hanya akan membuahkan kebaikan, apapun kebaikan tersebut. Sesungguhnya semua tanaman yang tumbuh di musim semi hanya akan membinasakan hewan-hewan yang rakus yang melahap semua jenis tumbuhan atau minimal akan membuatnya sekarat, kecuali hewan yang hanya memakan sayur-sayuran saja. Ia makan, lalu jika kedua sisi perutnya telah penuh dengan makanan iapun menghadap matahari untuk buang air besar dan kecil, kemudian ia kembali mengunyah makanan lagi dan menelannya. Maka barangsiapa yang mengambil harta yang menjadi haknya maka akan diberikan keberkahan kepadanya, Dan barangsiapa yang mengambil harta yang bukan menjadi haknya maka ia adalah seperti hewan yang selalu makan dan tidak pernah merasa kenyang“. (Hadits Shahih. Shahih Muslim (1052))

5. Merajalelanya perilaku homoseksual dan lesbian

Hasil gambar untuk perzinaan

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ، أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرًا يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي عَمَلُ قَوْمِ لُوطٍ

Dari Muhammad bin Aqil, bahwasanya ia mendengar Jabir berkata : Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terjadi di kalangan umatku adalah perilaku kaum Luth (homoseksual/lesbian)”. (Sunan At Tirmidzi (1457), At Tirmidzi menyatakan bahwa hadits ini hasan gharib, Sunan Ibni Majah (2563), dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih at Targhib wat-Tarhib (2417))

6. Ahli Al Quran yang menyimpang yang akhirnya memerangi saudara muslim sendiri dan mudah menuduhnya dengan tuduhan buruk

Hasil gambar untuk buruk

حذيفة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن أخوف ما أخاف عليكم رجل قرأ القرآن، حتّى إذا رُئيتْ بهجتُه عليه، وكان رِدْءاً للإسلام؛ انسلخ منه ونبذه وراء ظهره، وسعى على جاره بالسيف، ورماه بالشرك. قلت: يا نبيَّ الله! أيُّهما أولى بالشرك، الرامي أو المرمي؟ قال: بل الرامي

Hudzaifah berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah seseorang yang membaca Al Quran hingga saat ia terlihat kebagusannya di dalamnya (Al Quran) dan menjadi pembela Islam, ia lalu melepaskan diri dari Al Quran dan melemparkannya ke belakang punggungnya, serta ia memerangi tetangganya dengan pedang dan menuduh tetangga tersebut berbuat syirik. Hudzaifah bertanya : “wahai Nabiyullah, antara penuduh dan yang dituduh tersebut mana yang lebih pantas dianggap berbuat syirik? Nabi bersabda : “ (justru) penuduh itu yang lebih pantas”. (Hadits Hasan. Diriwayatkan Al Bukhari dalam At Tarikh 4/7/29301, Tafsir Ibnu Katsir II/265 ( Abu Ya’la dalam al Musnad Al Kabir), dan lainnya. Ibnu Katsir menyatakan bahwa sanadnya jayyid (baik), lih. Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah lil-Al Albani (3201))

7. Muslim yang tidak bisa menjaga lisan

Hasil gambar untuk lisan buruk

عَن سُفْيَان بن عبد الله الثَّقَفِيّ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ قَالَ: فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ وَقَالَ: «هَذَا» .

Sufyan bin Abdillah Ats Tsaqafi berkata : “Aku berkata : ‘ wahai Rasulullah, apa yang paling engkau khawatirkan atas diriku ?’, beliau lalu memegang lidah beliau sendiri serta berkata : ‘(lidah) ini’. (Hadits shahih. Musnad Ahmad (15419), Sunan At Tirmidzi(2410))

8. Kepercayaan kepada ramalan (nujum), Ketidakpercayaan terhadap takdir, dan kedholiman penguasa

Hasil gambar untuk musyrik

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ مُصَرِّفٍ، رَفعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُهُ عَلَى أُمَّتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ ثَلَاثًا: إِيمَانًا بِالنُّجُومِ , وَتَكْذِيبًا بِالْقَدَرِ , وَحَيْفَ السُّلْطَانِ “

Dari Thalhah bin Musharrif secara marfu’ hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda : “Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas umatku di akhir zaman adalah tiga hal : kepercayaan kepada ramalan (nujum), mendustakan takdir, dan kedholiman penguasa”. (Hadits Hasan. As Sunan al waridah fil Fitan li Utsman bin Sa’id ad Dani 282)

9. Fitnah wanita

Hasil gambar untuk fitnah

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَا ترَكْتُ بعْدِي فتنة أضر (اخوف) على الرجال من النساء”

Dari Usamah bin Zaid ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Sepeninggalku, fitnah (kerusalan) yang paling berbahaya (mengkhawatirkan) atas lelaki adalah (godaan/syahwat) wanita” (Hadits Shahih. Shahih Bukhari (5096), Shahih Muslim (2740), Shahih Ibni Hibban (5970) dengan lafadh akhwaf, dan lainnya)

Kisah Seseorang yang Diadili Allah di Hari Kiamat

Hisab adalah sebuah balasan atau (pertanggungjawaban) kita di dunia walaupun sebiji zarahpun akan tetap terhitung, jika kita mela...